5 Hal yang Membuat Orang Jepang Bekerja Lama di Kantor

August 28, 2013 18:58
5 Hal yang Membuat Orang Jepang Bekerja Lama di Kantor

Orang jepang terkenal sering lembur, tidak jarang mereka berada di kantor jauh lebih lama daripada orang di kantor negara lain. Bahkan, di Jepang ada istilah “Karoshi” (過労死), yaitu sebuah istilah yang digunakan untuk menyebut kematian yang disebabkan kebanyakan kerja. Kenapa sih, orang jepang itu suka lembur dan berlama-lama di kantor? Ini 5 alasan utamanya menurut pembaca Japan Today.

Seperti dilansir oleh Rocketnews yang mengutip reaksi pembaca di Japan Today, inilah 5 masalah besar yang menurut mereka menjadi alasan orang jepang hampir selalu lembur dan berlama-lama di kantor.

Masalah 1, Loyalitas ke Perusahaan

Berbeda dengan kondisi di Eropa dan Amerika, dimana pindah perusahaan untuk mengejar gaji yang lebih tinggi dan kondisi kerja yang lebih baik merupakan suatu hal yang umum, Jepang terkenal dengan sistem “lifetime employment” sistem yang membuat iklim loyalitas perusahaan yang kuat. Ada banyak perusahaan yang mengungkapkan hal ini dengan ungkapan-ungkapan seperti “team spirit” atau “team work”, tapi pada dasarnya semua memiliki arti yang sama.

Bagi orang asing yang melihat tidak ada salahnya pindah perusahaan demi mengembangkan karir mereka, pasti susah memahami mengapa orang Jepang merasa sangat terikat dengan perusahaan mereka, terutama ketika kondisi kerja mereka kurang dari ideal. Orang Jepang sering berbicara mengenai kecintaan mereka terhadap perusahaan mereka dan bangga bekerja disana; bahkan tidak pernah terpikirkan untuk mempertanyakan loyalitas mereka ke perusahaan tersebut.

7823488126_d88231b5bc_b

Masalah 2, Produktifitas Rendah

Banyak orang mengatakan bahwa perusahaan Jepang itu rendah produktifitas. Dengan kata lain, dengan banyaknya orang bekerja berjam-jam, pekerjaan tampak butuh waktu lebih lama untuk selesai. Pegawai tidak terlihat berusaha untuk menyelesaikan pekerjaan mereka dalam waktu tertentu, bahkan sampai sengaja mengulur pekerjaan agar terlihat mereka bekerja lebih keras dan memberi usaha lebih.

Saxon Salute, seorang pembaca Japan Today mengomentari kebiasaan para pekerja jepang, “Sebagian besar orang Jepang tidak bekerja keras, mereka hanya menghabiskan waktu berjam-jam, membuang waktu secara sia-sia pada dokumen dan prosedur yang tidak relevan.” Berbeda dengan orang asing di Jepang yang memprioritaskan untuk menyelesaikan pekerjaan dalam waktu yang tertentu dan pergi ketika waktu kerja mereka usai.

Masalah 3, Sebenarnya Mereka Tidak Bekerja Lebih

Banyak yang berkomentar bahwa sebenarnya kurang banyak pekerjaan yang sungguh-sungguh dilakukan para pekerja di perusahaan Jepang. Jadi bagi orang Jepang, kenapa mereka terlihat selalu lembur dan berlama-lama di kantor, bukanlah karena mereka memang membutuhkan waktu berjam-jam untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, tapi mereka hanya berada di kantor selama berjam-jam.

Pembaca Japan Today, Tamarama mengomentari hal tersebut, “Ketika untuk pertama kalinya aku tinggal di Jepang, aku berbicara dengan orang tua Jepang yang pernah tinggal dan bekerja di Sydney, Australia. Dia menjelaskan kepadaku bahwa orang Jepang akan selalu menceritakan betapa sulitnya kehidupan kerja mereka, dan seberapa keras mereka bekerja, dll, dll. Tapi dia mengatakan itu semua cuman BullSh*t.” Orang Jepang yang ditemuinya mengomentari bahwa orang Australia bekerja lebih keras agar pekerjaan mereka selesai pukul 5 sore sehingga mereka bisa pulang, dia mengatakan pegawai jepang hanya membuang-buang waktu dan menghabiskan lebih banyak waktu sia-sia di kantor. “Saya juga sering melihat orang tertidur di meja mereka ketika aku bekerja,” tambah Tamarama.

Masalah 4, Mereka Tidak Tahu Bagaimana Cara Bersantai

Bagi orang asing, tampaknya orang Jepang terlihat tidak memiliki waktu untuk hal di luar pekerjaan mereka, namun sepertinya juga tidak ada seorang pun yang memprotes keadaan ini. Beberapa orang bertanya-tanya apakah ini dikarenakan orang Jepang tidak tahu harus melakukan apa di waktu luang mereka.

weird

Masalah 5, Ketakutan

Banyak orang yang berpendapat bahwa orang Jepang terlalu takut untuk mengubah status quo dan membuat keributan.

Thomas Proskow menuliskan komentarnya pada Japan Today “Saya pikir masalah ekonomi dan ketakutan kehilangan pekerjaan berpengaruh pada hal itu (berlama-lama di kantor). Jepang juga terkenal dengan budaya diam. Hidup seseorang ditentukan oleh pekerjaan mereka ketimbang keluarga, hobi atau tujuan pribadi lainnya.”

Berbeda dengan orang Jepang, sebagai orang asing mungkin tampak jelas bahwa seseorang perlu pulang ketika kontrak kerja mereka mengatakan bahwa mereka berhak melakukannya. Namun semuanya menjadi lebih kompleks dengan tekanan rasa takut bukan hanya rasa takut atas pandangan dari rekan kerja dan atasan, melainkan juga takut untuk merubah kebiasaan hidup selama ini.

sleep

Ketika era keemasan ekonomi Jepang, banyak perusahaan barat yang melihat perusahaan Jepang sebagai role model untuk mencapai perkembangan ekonomi. Namun saat ini kondisi kerja di Jepang sering dikritik oleh orang asing, dan dipandang merugikan dalam dunia yang semakin global dan cepat berubah, seperti saat ini. Banyak juga kekhawatiran bagi para pekerja, begitu juga dengan tingginya tingkat frustrasi orang-orang Jepang. Pasti tidak ada yang benar-benar menikmati bekerja berjam-jam.

Mungkin orang asing melihat mengapa mereka tidak mengatakan “Sudah Cukup!”? Bagi mereka yang bukan orang Jepang mungkin itu hal yang mudah. Tetapi orang Jepang memiliki norma-norma berbeda yang menjadi penghalang hal tersebut. Tidak ada seorang pun yang ingin menjadi yang pertama pulang, meski jam kerja mereka sudah berakhir, karena mereka terlihat tidak peduli dengan “kelompok” mereka dan menjadi bahan pembicaraan oleh rekan kerja mereka.

Sepertinya menjadi orang Jepang itu diwajibkan menjadi sama dengan orang Jepang lainnya, it is not okay to stand out. Apakah kalau nanti kalian berkesempatan untuk tinggal di Jepang juga akan menjadi seperti mereka semua?

Five things that keep Japanese people chained to their jobs, Rocketnews. Foto: hiyori13, vannispen

Sorry. No data so far.