Dapatkah Anime Menjadi Komoditas Utama Perekonomian Jepang?

January 4, 2014 17:00
Dapatkah Anime Menjadi Komoditas Utama Perekonomian Jepang?

Apakah Anime memang salah satu hal paling berpengaruh untuk Jepang sebagai salah satu barang Ekspor utama? Bisakah pop-culture Jepang memperbaiki keadaan ekonomi Jepang? Dengan kabar maraknya ekspansi konten-konten Jepang seperti Animanga dan Musik serta Fashion, mari kita lihat sejauh mana keseriusan pemerintahan Jepang dalam berusaha membawakan konten tersebut ke luar Jepang.

taroaso

Jepang memang sekiranya sudah memperkirakan bahwa pop-culturenya akan berpotensi menjadi salah satu sektor ekonomi terbesar. Titik balik dari semua ini mungkin adalah saat Perdana Mentri Jepang saat itu, Taro Aso menyatakan dengan gamblang “Kebudayaan Otaku/Akiba akan menyelamatkan Jepang” pada tahun 2009. Aso menyebutkan bahwa 500.000 lapangan kerja baru akan tersedia di sektor yang disebut olehnya sebagai “soft power” yang mana merujuk pada sektor industri hiburan seperti anime, manga, fashion dan musik/idol.

Lalu pada tahun 2011 terbentuklah apa yang dinamakan “Cool Japan Initiative” oleh Kementrian  Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang (METI). Program yang diadakan untuk lebih menyebarkan kebudayaan entertainment Jepang ke negara-negara lain inilah yang menjadi ujung tombak dari rencana ini.

Cool Japan, yang juga merupakan program yang bertanggung jawab untuk membuat channel TV khusus Jepang di Indonesia Februari nanti adalah seperangkat program atau inisiatif dari pemerintahan Jepang untuk membuat sektor entertainment Jepang menjadi motor utama dari perekonomian Nasional via ekspor, pariwisata, dan lainnya.

Konsep dari Cool Japan sendiri sudah ada sejak tahun 2002, tapi baru digalakkan pada kisaran 2011, hal yang juga disayangkan oleh beberapa penggerak program ini. Masalah yang ingin diselesaikan oleh program ini berkaitan dengan sektor entertainment antara lain kurangnya informasi mengenai konten dari Jepang, masalah investasi dan modal, tak ada-nya inisiatif dari perusahaan untuk aktif bergerak ke luar Jepang, serta tak adanya cabang luar negeri yang mampu menampung semua permintaan dari fans di luar negeri.

GIAPPONE_-_Economia_e_borsa

Menyikapi hal ini, pemerintah akan mengalirkan dana sebesar 30 Triliun Yen dalam kurun waktu 20 tahun ke depan, dengan potensi penambahan menjadi 50 Triliun pada akhir 2014. Dana itu akan digelontorkan untuk membantu perusahaan yang bergerak dalam sektor yang disebut diatas untuk aktif melakukan ekspansi ekonomi ke luar negeri.

Terasa “terlalu serius” untuk menyikapi “sekedar anime dan manga”? Melihat data yang ada, bisa dibilang itu merupakan suatu strategi ekonomi yang berpotensi. Bloomberg dalam laporannya menyatakan bahwa nilai pasar internasional Jepang ada di angka 4.5 Trilyun Yen, sedangkan pasar domestik jauh diatas dengan 180 Trilyun Yen (pada tahun 2011), meskipun dengan potensi pasar internasional yang begitu besar. Pemerintah pun dengan ini menyatakan akan memulai gerakan untuk menggalakkan ekspor.

“Jepang sedang berusaha untuk menjadikan industri konten Jepang (Akiba culture, fashion, makanan, etc) sebagai mesin ekspor utama.” adalah kata dari salah satu staff inti METI. Bagaimana dengan kreatornya sendiri?

Direktur Genco, Taro Maki berpikir bahwa pelaku industri juga harus berubah. “Para kreator kami terlalu berpusat untuk membuat sesuatu yang ditujukan untuk pasar dalam negeri, yang mana pasti akan segera menyusut.”. Pengamat lain juga berpikiran bahwa servis web streaming berbayar akan berperan cukup besar bagi gerakan ini. Karena dengan adanya dana dan profit mengalir langsung, para pelaku industri Jepang akan sadar bahwa pasar dan pelanggan mereka ada disana, dan mungkin juga akan berubah untuk mengikuti tren dan kemauan pasar luar negeri tersebut.

abe_2448939b

Ini merupakan PR besar bagi Perdana Mentri sekarang, Shinzo Abe, yang baru-baru ini mendapat rapor merah dari IMF terkait perkembangan ekonomi Jepang di tahun 2013. Dengan utang luar negeri yang mencapai 244% terhadap nilai Pendapatan Domestik Bruto(PDB), sebagai perbandingan, Indonesia “hanya” berutang sebesar 29.5% terhadap PDB. Maklum, ekonomi Jepang sempat merontok hebat di tahun 2008 sampai-sampai disebut “generasi yang hilang”, dan juga jangan lupa kalau tahun 2011 Jepang dihantam gempa dan tsunami hebat yang disusul dengan tragedi nuklir terbesar kedua sepanjang sejarah.

Antusias menunggu Good Smile Company buka toko disini atau melihat Blu-ray Shingeki no Kyojin dijual di Disc Tarra? Jangan cuma menunggu saja, mungkin ini juga saat yang tepat bagi kita untuk ikut berkontribusi atau memanfaatkan momentum ini untuk ikut bergabung ke dalam salah satu gerakan ekonomi budaya terbesar di dunia. Tapi jangan lupa untuk tetap mendukung dan mempertahankan budaya dan warna kita sendiri sebagai fans dan pelaku kreatif dari Indonesia!

Disadur dari berbagai sumber

Sorry. No data so far.