Bagaimana Sulitnya Proses Permohonan Lisensi Dan Penerbitan Manga dan Light Novel Jepang Ke Indonesia?

August 5, 2014 11:53
Bagaimana Sulitnya Proses Permohonan Lisensi Dan Penerbitan Manga dan Light Novel Jepang Ke Indonesia?

Dengan semakin banyaknya media Jepang yang kita sukai mulai masuk ke Indonesia, muncul harapan akan hadirnya era dimana kita akan bisa lebih mudah mendapatkan akses ke berbagai konten Jepang seperti anime, manga, game, dan yang sedang hangat sekarang, light novel. Light Novel ini khususnya seperti sedang mendapat perhatian khusus karena berbagai pemain baru muncul dengan terbitan light novelnya langsung dari Jepang. Apakah kita bisa berharap bahwa dalam waktu dekat kita akan bisa membaca light novel terkenal seperti To Aru Majutsu no Index dan SAO terbitan Indonesia? Apakah kedepannya berbagai judul manga Jepang juga akan lebih banyak masuk dengan rentang waktu yang lebih stabil dan dekat?

Sebelum pertanyaan itu bisa dijawab, coba kita bahas salah satu hal utama yang paling berpengaruh dalam terbitnya berbagai manga dan light novel di Indonesia; Lisensi.

Lisensi itu apa sih sebenarnya? Kenapa kita perlu ada “barang” itu sebelum bisa menerbitkan manga dan light novel di Indonesia? Secara umum, lisensi bisa diartikan sebagai “izin”, dalam hal ini berarti, “izin untuk menerjemahkan dan menerbitkan suatu judul manga atau light novel tertentu di Indonesia”. Lisensi didapatkan dengan suatu proses kerjasama antara penerbit Indonesia yang ingin menerbitkan judul tersebut, dengan penerbit Jepang yang menerbitkan judul itu di Jepang.

Tentu mendapatkan lisensi ini tidak semeerta-merta bisa dilakukan dengan instan asal ada uangnya seperti kalau kita mau membeli figure impor dari Jepang. Ada sebuah proses panjang yang harus dilalui oleh penerbit lokal yang ingin membawa sebuah judul ke Indonesia. JOI berbincang-bincang dengan perwakilan dari salah satu penerbit di Indonesia yang sedang berusaha menerbitkan light novel Jepang. Beliau bersedia mengupas garis besar proses penerbitan light novel ke Indonesia.

no-game-no-life-art-light-novel

Proses Pertama: Kontak

Proses lisensi untuk manga atau light novel dari Jepang, biasanya dimulai dengan menghubungi penerbit Jepang, atau bila kita tidak cukup yakin untuk langsung menghubungi penerbit Jepang ada juga cara lain yaitu dengan menggunakan layanan agensi literatur, agensi ini akan menjadi semacam perantara antara penerbit Jepang dengan penerbit lokal. Ada kalanya juga setelah kita menhubungi penerbit Jepang, penerbit tersebut akan mengarahkan kita untuk menghubungi agensi literatur tertentu.

Proses Kedua: Memilih Judul

Setelah kita mendapatkan konfirmasi bahwa penerbit Jepang tersebut bersedia untuk membicarakan mengenai lisensi terjemahan dan menerbitkan salah satu terbitan mereka di suatu negara, tahapan selanjutnya adalah memilih judul. Disaat kita memilih judul tersebut kita juga harus memberikan penawaran kepada penerbit Jepang.

susahnya lisensi light nove (1)

Penawaran ini dalam bentuk royalti dibayar di muka, besaran royalti yang akan pengarang terima, berapa rencananya harga dan jumlah cetakan komik atau novel tersebut. Setelah besarnya royalti disetujui kedua belah pihak, barulah pihak penerbit lokal bisa mendapatkan lisensi dari judul tersebut untuk diterbitkan di Indonesia. Lebih jauh tentang royalti akan dibahas di bagian akhir artikel ini.

Setiap penerbit memiliki standar yang berbeda-beda mengenai besaran royalti yang harus dibayar. Apabila ada dua atau lebih penerbit di negara yang sama menginginkan judul yang sama maka penerbit Jepang biasanya menetapkan kebijakan “Siapa yang bayar paling mahal dia yang dapat lisensi.”

Tapi meskipun kita rela membayar mahal, ternyata tidak semua pemegang lisensi mengizinkan karyanya diterbitkan di luar Jepang, mungkin beberapa kalian ada yang mengikuti balada Suikoden di sebuah penerbit di Indonesia beberapa tahun lalu yang akhirnya baru akan terbit belakangan ini. Saat itu pembuat game orisinil Suikoden tidak mengizinkan adaptasi manga dari gamenya diterbitkan di luar Jepang karena dirinya kecewa dengan kualitas manga terbitannya di suatu negara tertentu. Ya, dalam kasus manga atau light novel yang diangkat dari game atau media lain, pemegang lisensi tersebut juga memiliki hak untuk melarang atau mengizinkan pemberian lisensi.

Kadang ada juga pengarang yang menolak tanpa alasan yang disebutkan dengan jelas. Jadi selain penerbit, kita juga harus bisa mendapat restu dari sang pengarangnya sendiri. Selain itu ada juga penerbit Jepang, umumnya yang besar, tidak mau bekerja sama dengan penerbit yang belum pernah bekerja sama dengan penerbit Jepang lainnya sebelumnya. Jadi kalau perusahaanmu belum pernah berhasil mendapat lisensi dan menerbitkan satu karya dari Jepang, bersiaplah untuk berjuang meyakinkan mereka agar mau bekerja sama.

Proses Ketiga: Pelokalan

Selanjutnya setelah semua itu disepakati oleh kedua belah pihak dan kontrak telah ditandatangani, sekarang saatnya pelokalan! Pelokalan disini adalah proses dimana kita menyesuaikan konten dari judul yang telah kita pegang lisensinya menjadi versi yang bisa diterima pasar lokal kita, termasuk menerjemahkan bahasa Jepang menjadi bahasa lokal, yaitu Indonesia. Selain menerjemahkan, kita juga harus mengedit gambar bila diperlukan dan mendesain sampul. Di bagian edit gambar dan desain sampul ini, segala bentuk perubahan yang terjadi pada buku dan sampul harus dikonfirmasikan terlebih dahulu ke pihak penerbit Jepang, dan harus menunggu disetujui juga oleh sang pengarang karya asli.

snkbtf

Proses Keempat: Cetak

Apabila proses satu ini selesai maka tahapan selanjutnya adalah proses mencetak buku. Berapa banyak jumlah buku dicetak sangat tergantung oleh analisa penerbit dan sudah ditentukan saat membahas royalti di proses kedua. Biasanya penerbit melihat seberapa populernya judul buku, karena percuma mencetak banyak apabila ternyata nantinya tidak laku. Tapi tentunya ada juga batas minimal cetakan agar biaya bisa tetap ditekan, dan biasanya berkisar di jumlah cetakan 3.000-5.000 eksemplar, dan kalau penerbit besar yang cukup yakin bukunya akan laku mungkin mencetak buku diatas 50.000 eksemplar adalah hal yang biasa bagi mereka. Biaya yang dikeluarkan untuk mencetak buku akan sangat tergantung pada jumlah halaman, jenis kertas yang digunakan dan ada halaman warna atau tidak.

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

Royalti dan Penetapan Harga

Royalti adalah besaran biaya yang harus dibayarkan ke pengarang, penerbit dan pemilik lisensi (dalam kasus ini contohnya, manga/ light novel yang merupakan adaptasi dari game). Selain itu ada juga biaya komisi yang harus kamu bayarkan ke agensi apabila kamu menggunakan layanan mereka. Selain itu kalian yang suka membaca light novel pasti sudah biasa kan melihat gambar ilustrasi, nah itu juga kena biaya terpisah lagi.

Dan tentu besaran royalti itu sangat bervariasi. Tiap penerbit dan pengarang punya kebijakan sendiri mengenai besarnya royalti yang mereka terima. Dan juga ada kemungkinan semakin terkenal suatu judul, semakin besar perkiraan royalti yang harus kita keluarkan selaku penerbit. Bersiaplah terkejut saat kamu membahas royalti!

Sedangkan mungkin kalian pernah mengeluh kenapa harga buku di Indonesia semakin mahal, itu karena banyak yang harus dipikirkan selain royalti dan biaya pelokalan buku, seperti ongkos cetak yang meliputi harga kertas, tinta, dan lain-lain yang tidak bisa disebutkan satu-satu. Belum lagi karena ternyata ada juga soal bagi hasil di toko buku tempat dimana novel dan manga dijual. Sebagai catatan, rata-rata toko buku di Indonesia ternyata minta bagi hasilnya 55:45, 55% masuk ke kantong toko buku dan 45% ke penerbit. Kita bahkan tidak akan dapat setengahnya! Alhasil penerbit juga harus pasang harga yang sesuai untuk menutup ongkos-ongkos diatas.

susahnya lisensi light nove (3)

Ternyata, menerbitkan light novel dan manga itu cukup sangat sulit dengan berbagai rintangan selain biaya yang sangat besar menghadang di berbagai tahap proses. Lalu menjawab harapan di awal artikel, “kapan kita akan bisa membaca light novel terkenal seperti To Aru Majutsu no Index dan SAO terbitan Indonesia? Apakah kedepannya berbagai judul manga Jepang juga akan lebih banyak masuk dengan rentang waktu yang lebih stabil dan dekat?”, jawabannya “Belum”. Tapi kita bisa merubah hal itu dengan berbagai cara. Salah satu caranya adalah dengan mengedukasi pasar kita sendiri terlebih dahulu

Penerbit yang kita wawancarai sebenarnya sadar bahwa judul-judul tersebut memang populer, tapi pertanyaannya, sampai kapan? Bisa saja yang mengaku suka serial tersebut ketika bukunya diterbitkan malah tidak membeli edisi resminya atau membeli hanya beberapa jilid awalnya dan tidak membeli jilid selanjutnya. Akan sangat memberatkan bagi penerbit yang kemampuan finansialnya tidak sekuat penerbit besar.

Jadi kalau memang keadaan sudah lebih baik, para penerbit bisa lebih yakin untuk membawa berbagai judul besar dan populer ke Indonesia. Tapi untuk sementara, mari dukung terbitan yang sudah ada terlebih dahulu!

Disadur dari hasil wawancara dengan salah satu penerbit lokal dengan beberapa tambahan dari berbagai sumber