[3 Eps Rule] Madan no Ou to Vanadis

Madan no Ou to Vanadis, adalah salah satu anime yang sudah saya tunggu-tunggu, karena saya tidak sengaja tidak membaca manganya setelah mengetahui kalau adaptasi animenya akan dimunculkan. Padahal sudah jauh-jauh hari manga tersebut direkomendasikan oleh teman saya, namun that-procrastinating-habit akhirnya bisa berguna juga.

Madan no Ou to Vanadis bercerita mengenai seorang bangsawan muda yang bernama Tigrevurmud Vorn yang digambarkan berada dalam pihak yang kalah dalam peperangan. Negara Brune kalah melawan Zchted yang dipimpin oleh seorang pejuang wanita anggun, Ellenora Viltaria.

Di tengah hamparan pejuang yang gugur, Tigre melihat pasukan Ellen yang sedang berjalan pulang. Masih penuh semangat juang, dibekali 3 buah anak panah Tigre mencoba menjatuhkan Ellen sebagai upaya membalikkan hasil perang. Tigre berhasil menjatuhkan pengawal Ellen, namun ternyata, kepiawaiannya menggunakan panah tidak bisa melawan Ellen yang merupakan seorang Vanadis penguasa angin, Tigre pun tertangkap, bagaimana nasib Tigre selanjutnya?

Kharisma tiap karakter yang memunculkan harga diri

Mungkin ini poin yang sedikit aneh, namun setiap karakter memiliki kharisma dan kepercayaan diri yang luar biasa. Lebih dari itu, mereka memiliki harga diri tinggi terhadap dirinya sebagai seorang ksatria.

Tigre, sang karakter utama bukanlah seseorang yang menarik atau memiliki sesuatu yang spesial. Dia adalah seorang karakter generik, biasa, seharusnya dia tidak terlalu menonjol. Namun bagaimana cara dia membawa dirinya saat menjadi tahanan, menentukan taktik yang rasional, dan pengambilan keputusannya yang tepat guna menjadi nilai plus yang jarang dimiliki karakter utama lain.

Contoh lain adalah saat Tigre bertemu Ellen yang sedang mandi di episode pertama. Reaksi yang kamu harapkan dari Ellen pastinya antara malu atau menyombongkan badannya. Reaksi yang kamu harapkan dari Tigre antara meminta maaf dan panik atau menjadi seorang mesum.

Tapi tidak, Ellen yang menjunjung tinggi jiwa ksatria memang malu, tapi dia tidak bisa menunjukkannya karena dia adalah pejuang sebelum wanita. Tigre pun menunjukkan reaksi laki-laki yang seharusnya, tidak berlebih, tidak mesum, dan pastinya tidak loyo seperti perjaka. It is indeed, a nice change of pace.

Peperangan jaman medieval dengan penggunaan taktik perang yang luar biasa

Mungkin kamu tidak akan begitu merasakannya di kedua episode pertama, namun di episode ketiga, walau tidak didukung dengan animasi perang yang luar biasa, taktik-taktik yang dilancarkan Ellen dan Tigre sungguh luar biasa. Semuanya digambarkan dengan bidak catur 3D yang mengilustrasikan keadaan perang dengan akurat.

Jujur, adegan peperangannya sendiri pun tidak begitu menarik, kebanyakan hanya pengulangan CG dan animasi saja, dan harus saya akui sedikit datar. Namun penceritaan yang baik berhasil menggambarkan betapa briliannya langkah-langkah serta antisipasi yang diambil oleh kubu sekutu bahkan membuat Limalisha mengakui Tigre, sedikit.

Bagi kamu yang mencari pertarungan sengit dan intense antara 2 insan, mungkin anime ini bukan untukmu. Anime ini lebih menekankan ke unsur peperangan dan strateginya, bahkan saat Tigre berduel pun lebih kepada permainan otak daripada otot. Mungkin di episode-episode mendatang kita dapat menyaksikan pertarungan-pertarungan yang lebih seru, mengingat busur Tigre baru saja ‘terbangun’, and Ellen (and the other Vanadises) is probably a Gundam in a female form.

Satou Tatsuo + Satelight, akan jadi apa anime ini?

Sutradara Satou Tatsuo sempat menjadi perbincangan karena menghilangkan unsur romantisme dalam anime adaptasi produksinya sebelum ini, Mouretsu Pirates dan Rinne no Lagrange yang tidak bisa diterima para penggemar. Digabungkan dengan studio Satelight yang jarang menghasilkan anime yang dapat mengulang ‘kesuksesan’ Macross Frontier. Ya, Log Horizon sukses, namun sepertinya hal itu karena material buatan Mamare Touno yang terlampau baik, bahkan Satelight sendiri tidak mampu merusaknya (Bukan_Randy, 2014).

Satelight…

Tolonglah…

Lay off the boring 3D CG for a bit, will you?

Mengingat saya belum sempat membaca novel atau manganya, sampai episode ketiga, Madan no Ou to Vanadis masih bisa dibilang ok. Selain animasi 3D satelight yang sedikit membosankan pada saat berperang, namun hal tersebut masih bisa diatasi dengan penceritaan taktik yang mendetil. Sampai saat ini memang belum ada pemberitaan kalau direktur Satou akan melakukan perubahan pada material ceritanya berdasarkan kemauannya sendiri, tapi saya harap hal itu tidak akan terjadi.

Verdict: I want to watch more Ellen!

Selain keterpikatan saya dengan karakter overconfidence bernama Ellenora, di episode ketiga pun kekuatan Tigre dibangkitkan oleh busur keluarganya. Sehingga menandakan kalau Tigre bukanlah seorang pemanah biasa dan membuka lebih banyak kemungkinan cerita yang bisa disuguhkan di masa depan. Vanadis yang dimunculkan pun baru satu, saat iklannya mengatakan akan ada 7 Vanadis yang harus ditaklukkan.

Recommended? Saya rasa anime ini masih harus bekerja lebih keras untuk mendapat status recommended, tapi setidaknya anime ini sangat mungkin untuk dinikmati. Saya harap pada akhirnya saya bisa merekomendasikan anime ini dengan bangga kepada rekan-rekan yang lain.

“Lebih bagus manganya”
~Nugrahadi, 2014