Jepang merupakan sebuah negara yang sangat menjunjung tinggi kejujuran di antara masyarakat. Mereka tidak tanggung-tanggung dalam meminta maaf, masih ingat dengan 1 perusahaan yang meminta maaf saat harga produknya naik sebesar 10 Yen (sekitar 1.300 Rupiah) Ya, untuk masalah yang sangat remeh seperti itu saja pun Jepang tidak pernah menganggapnya kecil.
Namun, tentu godaan untuk meraup keuntungan sebesar mungkin akan tetap ada. Perusahaan iklan Dentsu baru-baru ini mengakui kalau mereka telah membohongi dan meminta bayaran lebih dari para kliennya sejak tahun 2012.
Skandal perusahaan ini mulai muncul ke permukaan setelah komplain dari Toyota Motor Corporation merebak di bulan Juli. Toyota ingin meningkatkan efektivitas dari iklan mereka namun ternyata menemukan berbagai macam ketidaksesuaian dari data yang diberikan.
Skandal tersebut termasuk bagaimana cara perusahaan tersebut menempatkan iklan bisnis milik klien secara tidak sesuai dan meminta bayaran lebih atas kecurangannya. Saat ini, investigasi dalam Dentsu telah mengidentifikasi 633 kasus kecurangan dan kelebihan tagihan pada klien senilai 230 juta Yen (sekitar 30 milyar Rupiah) terkait 111 pengiklan pada tanggal 23 September.
Saat ini, Dentsu mengatakan kalau mereka sedang melebarkan investigasi mereka dan berharap dapat mengumumkan hasil investigasi tersebut pada akhir tahun ini. Mereka juga menambahkan kalau skala dari kasus ini bisa menjadi lebih besar dari apa yang dibayangkan oleh perusahaannya, dengan lebih dari 200.000 iklan internet milik mereka dari 1.810 klien.
Skandal ini berputar di dalam kontrak mereka dengan klien untuk situs dan aplikasi smartphone. Baik perusahaan utama Dentsu maupun anak perusahaannya terlibat dalam praktik kecurangan ini sejak bulan November 2012 sampai ke akhir Agustus menurut data yang ada.
Perusahaan menemukan 14 kasus dimana Dentsu meminta bayaran lebih dengan total 32 juta Yen (sekitar 4 milyar Rupiah) walaupun iklan yang diminta tidak diunggah ke internet seperti yang tertulis di kontrak.
Contoh lain dari kecurangan Dentsu termasuk mengunggah iklan di periode yang berbeda dengan yang ada dalam kontrak dengan klien. Perusahaan dan anak perusahaan Dentsu juga membuat laporan palsu kepada klien terkait dengan jumlah view, dimana iklan tersebut diunggah, dan masih banyak masalah terkait lainnya.
Dentsu adalah perusahaan yang memberikan saran kepada kliennya mengenai pengiklanan di dunia online, durasi iklan, dan bagaimana cara mencapai target yang tepat di mana umur dan kelamin adalah faktor utama. Para klien juga bisa melihat bagaimana suksesnya iklan yang mereka unggah.
“Kami sudah mengendalikan situasinya dengan menambah staf lebih banyak di divisi tersebut,” tugas Shoichi Nakamoto, senior executive vice president dari Dentsu. “Kami berpikir kalau masalahnya ada di manajemen dan bukan masalah individu tertentu.”
Mengenai kerugian klien sebesar 230 juta Yen, Dentsu berkata kalau mereka melakukan negosiasi dengan para klien bagaimana caranya mereka dapat mengembalikan uangnya masing-masing.
Sumber: Asahi
Comments