[Review] Maou Gakuin no Futekigousha

Selamat datang dalam ulasan musiman dari serial anime dari novel karya Shuu dan Shizuma Yoshinori, “Maou Gakuin no Futekigousha: Shijou Saikyou no Maou no Shiso, Tensei shite Shison-tachi no Gakkou e Kayou. Serial yang cukup menarik perhatian karena promosinya yang berdampingan dengan “Mahouka Koukou no Rettousei” ini akhirnya menutup episode anime-nya pada Sabtu (26/09).

Adaptasi dari novel “Maou Gakuin no Futekigousha” menceritakan tentang Anos yang merupakan reinkarnasi raja iblis dari 2.000 tahun yang lalu. Anos membawa misi perdamaian di kehidupan barunya. Namun sayangnya, masa depan ini tidak sesuai dengan yang ia perkirakan. Banyak hal yang menyalahi akal sehatnya sehingga ia harus memperbaiki masalah ini sendirian. Namun secara perlahan, ia bertemu dengan beberapa orang yang menjadi rekan terbarunya. Mulai dari Misha, Sasha, Misa, Lay, kelompok pendukungnya hingga anak buahnya dahulu yang masih hidup abadi di era tersebut.

Jajaran seiyuu yang dilibatkan dalam adaptasi anime Maou Gakuin no Futekigousha” ini juga memiliki track record yang menjanjikan. Terpilihnya vokalis band OLDCODEX, Tatsuhisa Suzuki sebagai Anos Voldigoad membuat saya yakin adaptasi ini bakal menarik. Namun komite produksinya membuat keputusan berani dengan memilih Tomori Kusunoki dan Yuuko Natsuyoshi yang masing-masing memerankan Misha dan Sasha Necron. Keduanya sendiri saya anggap termasuk dalam seiyuu yang tengah naik daun dan kedua seiyuu dapat memaksimalkan potensinya dalam memerankan dua heroine unik ini. Kemudian Sayumi Watabe dan Nene Hieda juga tampil baik memerankan masing-masing Eleonora Bianca dan Misa Ilioroagu. Keduanya juga tengah naik daun setelah beberapa tahun sebelumnya hanya mengisi peran minor.

Lalu bagaimana dengan adaptasi cerita dari novelnya? Sebelum itu, saya mencoba objektif sebisa mungkin dalam ulasan ini. Sehingga akan terasa banyak poin yang dapat diperdebatkan secara positif.

Pemotongan Cerita yang Cukup Adil, Kecuali….

Melewatkan banyak detail dari dialog mungkin dirasa mubazir, namun itu diperlukan untuk memuaskan capaian target. Begitu kita memasuki adaptasi volume pertama, saya sudah mulai menyadari banyak dialog yang terpotong namun hanya pada bagian basa-basinya saja. Kemudian setting waktunya yang berbeda, seperti saat Anos bertarung dengan Leorig di malam hari yang berbeda dari novelnya. Lalu penggambaran flashback ke 2.000 tahun lalu yang seharusnya tampil di awal cerita, namun didorong ke episode kedua anime-nya. Ini hanya sebagian kecil dari perbedaan adaptasi ceritanya, namun alur dari penggambaran dalam anime-nya masih sesuai dengan novel. Sehingga membuat saya merasa lebih lega.

Namun sebagai pemuja Eleonore, saya menyayangkan porsi cerita di akhir volume ketiga yang saya harap dapat diadaptasi. Meskipun hanya sebatas fanservice, namun momen ini menunjukan kepercayaan Eleonore terhadap Anos bukan hanya dalam keadaan fisik, tapi juga dari jiwanya sendiri. Bagian yang terpotong ini masih membuat saya sendiri kecewa.

Saya cuma bisa kasih nilai 7,5/10 untuk penyusun komposisi adaptasinya. Tidak buruk, namun juga tidak menyentuh titik kepuasan yang saya inginkan. Saya acungkan jempol untuk penyusun komposisi ceritanya yaitu Jin Tanaka, yang juga penyusun komposisi serial “Yuru Camp“.

Rollercoaster Pace in Big Campaign

Banyaknya bagian yang di-skip tentunya harus berbanding positif terhadap tempo penceritaannya. Jikalau saya rangkum, tempo yang digunakan dalam adaptasi anime-nya adalah: cepat-lambat-sedang-cepat. Bermula dengan adegan awal episode yang dipercepat demi mengenalkan karakter Anos, Sasha, dan Misha. Sang sutradara kemudian melambatkan tempo di episode 3-4-5, sebelum menaikannya lagi di episode berikutnya hingga episode 9. Tak perlu saya jelaskan lagi di sisa episode berikutnya karena sebagian detailnya harus diperpendek demi menyelesaikan serial di episode ke-13.

Untuk model penceritaan yang membutuhkan cara play-pause demi memahami terminologi, karakter, hingga penjelasan koneksi dari dua kubu (manusia dan iblis), tempo seperti ini saya rasa masih dalam tingkatan baik. Namun tingkatan itu hanyalah rata-rata dari setiap episode-nya. Puncak kebingungan bagi saya jika tidak membaca novelnya diantaranya di dua episode pertama, episode 10, dan episode 12. Apalagi plot twist dalam serial Maou Gakuin no Futekigousha berpotensi membuat penontonnya mencoret-coret catatannya sendiri karena faktor krisis dan perubahan identitas.

Animation Looks Excellent Despite Couple of Setbacks

Maou Gakuin No Futekigousha

Sejak Silver Link menangani adaptasi anime Bofuri di awal tahun ini, saya sudah meyakini bahwa adaptasi anime Maou Gakuin no Futekigousha bakal memiliki kualitas animasi yang baik. Tidak seperti yang biasa-biasanya, budget di setiap episodenya nampak tidak terlalu timpang. Sehingga pengerjaan animasinya tak terlalu bermasalah di setiap episodenya. Masalah utama dari adaptasi anime ini adalah coronavirus yang dimana mendorong penayangan anime-nya dari musim semi menjadi musim panas. Ditambah dengan defisit pada tahun fiskal April 2019-Maret 2020 yang baru diumumkan Silver Link beberapa waktu lalu. Silver Link yang resmi menyerap seluruh aset subsidiarinya, Connect, kemudian diakusisi secara penuh oleh Asahi Broadcasting Corporation. Studio ini kini beregerenasi di bawah pemilik baru, dan semoga penjualan BD anime produksi mereka, termasuk Maou Gakuin no Futekigousha bisa mencapai target.

Musim kedua? Terlalu dini untuk ini. Tidak seperti serial Bofuri dan Destruction Flag Otome yang telah mendapatkan pengumuman produksi musim keduanya, stakeholder harus menunggu sampai jaminan pengerjaan dapat memenuhi target. Di bawah pemilik baru, semoga direksi Silver Link dapat mengumumkan musim keduanya di awal tahun depan atau paling tidak pada bulan Februari 2021 (waktu volume terakhir BD-nya dirilis).

Ah iya, bukan saya saja yang memberikan ulasan dalam adaptasi ini. BlueHeaven juga memberikan sepatah dua patah paragraf yang dapat kalian baca di bawah ini.

BlueHeaven

Not gonna lie, they got me on the first half. Not gonna lie too, they got me at the end.

Maou Gakuin No Futekigousha

Maou Gakuin no Futekigousha memulai anime-nya seperti meta isekai kebanyakan, meskipun ini bukan isekai. Penceritaan awalnya sudah cukup membuat orang yang bukan pembaca novel atau manganya mengira ini hanyalah anime mainstream biasa, bukan sesuatu yang spesial. Karakter yang OP dan potensial harem seperti kebanyakan serial isekai ampas membuat Maou Gakuin hampir saja di drop oleh saya.

Namun setelah cerita menginjak 3 episode keatas, tensi yang diberikan cukup berbeda. Saya melihat ada suatu vibes yang spesial yang bisa diberikan oleh anime ini dan berhasil membuka ingatan saya terhadap manga yang pernah saya baca. Ya, ternyata saya pernah membaca manga namun tidak tuntas sepenuhnya. Jadi ketika Sasha masih belum menunjukan maksud aslinya, saya sudah keburu mengetahuinya. Sayangnya di mata para otaku yang baru mengikuti anime-nya, karakter Sasha sempat dibandingkan dengan karakter Malty dari Tate Yuusha no Nariagari.

Maou Gakuin No Futekigousha

Dengan melihat penyajian anime seperti ini, menjadi pelajaran untuk kita jangan menilai anime sebelum mereka tuntas menampilkan. Ya setidaknya sampai benar-benar tamat satu season-nya. Karena saya sudah mulai percaya kalau anime-nya bakal menarik, ternyata di akhirnya tetap saja mengecewakan.

Sebenarnya di pertengahan anime-nya, mereka masih menggunakan format yang berulang kali dipakai. Jadi Anos itu raja iblis, tapi ga ada yang mau denger, trus punya tetua iblis bawahannya malah dicuci otak, ujung-ujung perlu dilawan sama disadarin dulu. Anos segala ke-OP-nya menyelesaikan tiap masalah pada akhirnya, hampir semuanya berjalan lancar. Walau menggunakan format ini berulang kali, masih dalam tahap toleransi bagi saya untuk tetap menjaga animo menonton animenya. Maou Gakuin masih menyimpan aura yang mau bagaimana pun juga bisa membuat saya penasaran dengan kelakuan Anos yang sebenarnya predictable.

Maou Gakuin No Futekigousha

Penggambaran masa lalu Anos yang menjadi kunci kenapa anime ini masih terselamatkan di mata saya, setidaknya tidak seburuk anime yang menggunakan karakter OP namun gagal menyajikan realstory-nya. Kemahakuasaan Anos justru menarik untuk ditonton, lebih menarik daripada sekedar melihat potensial waifu dari kumpulan wanita yang berada dalam jangkauan magnet Anos. Mungkin ini makna OP sebenarnya, dimana saya akan bisa terus menerima karakter Anos ini walaupun ceritanya ga wah banget.

Sayang seribu sayang. Di akhir anime-nya, pacing-nya justru berantakan. Gomen, I must spoiler, jadi di arc terakhir yang dibahas, akademi raja iblis mengadakan kunjungan karya wisata ke akademi pahlawan. Bagian ini saja sudah sus. Meski dicurangi namun respon dari akademi raja iblis masih kurang greget di mata saya, sampai semuanya harus diambil alih oleh Anos. Singkat cerita Anos berhasil mengalahkan para murid andalan akademi pahlawan, namun cerita tiba-tiba berganti ke skala lebih besar. Pernyataan perang antara manusia dan iblis kembali digemakan, semua hanya berawal dari karyawisata yang sus. Belum lagi yang disini bikin saya kesel, cara mereka menyelesaikannya begitu buruk. Saya suka kisah kalung kerang yang unexpectedly cerita si ehem I won’t spoil you too much. Yang jelas endingnya masih rada ngaco di mata saya. Entah karena fan union ngidol, sepertinya bukan tapi aneh di mata banyak otaku di luar sana. Saya lebih berasa aneh kenapa sang pengaku Avos harus muncul di saat itu dan apa yang rencana saat itu masih belum beres kasih tahu nya. Di akhir anime-nya, kita hanya melihat scene semua damai tanpa menjelaskan tuntas apa yang sebenarnya anime ini mau ceritakan. Shin itu kemana, terus cerita ini kalau mau dibawa ke season dua bakal gimana, semua itu tidak tergambar di endingnya.

Setidaknya Maou Gakuin tidak terlalu buruk untuk ditonton dan tidak seperti mainstream format yang ampas di luar sana. Karakter Anos juga surprisingly good, membuat saya begitu hormat kepadanya. Sasuga Anos-sama.

Baiklah itu saja ulasan adaptasi anime Maou Gakuin no Futekigousha dari kami, Kaczmarek dan BlueHeaven. Nantikan ulasan adaptasi anime dari musim panas lalu yang akan hadir dalam beberapa hari, minggu, atau bulan berikutnya.