[3 Eps Rule] Grisaia no Kajitsu

Pada awalnya, saya hanya menonton anime ini dengan pikiran ini akan menjadi anime harem biasa yang tidak begitu menarik. Pendapat saya diperburuk dengan bagaimana mereka men-glorious-kan Kazami Yuuji, sang pemeran utama, membuatnya terasa ‘spesial’ dan super cool dengan segala kemisteriusannya yang sepertinya setara dengan Area 51.

Ditambah bagaimana mereka menggambarkan Yuuji seperti seorang prajurit super yang serba bisa namun tidak punya ekspresi, terdampar di sekolah spesial yang isinya hanya ada 5 orang wanita lain. Tak ayal, fanservice berkibar, lengkap sudah anime harem VN generik yang satu ini.

But good God, have I ever been so wrong? Grisaia memberikan twist yang tidak saya harapkan di akhir episode pertamanya, dan mungkin akan jadi salah satu anime terbaik musim ini.

Whoa kok beda?

Hal pertama yang akan kamu perhatikan saat menonton Grisaia adalah rasio dari layar yang mereka gunakan. Studio 8bit berani untuk tidak menggunakan rasio 16:9 seperti yang biasa digunakan anime-anime lain, tapi menggunakan rasio 2.39:1 yang membuat anime ini terasa seperti film layar lebar. Pengalaman menontonmu pun akan menjadi berbeda, kamu tidak akan merasa sedang menonton anime biasa.

Ama-nee best heroine.

Detil dari gambar mereka pun luar biasa, pencahayaan serta warnanya terlihat sangat cerah. Walaupun 3D CGnya tidak terlalu bagus, namun karena tidak terlalu sering digunakan, jadi tidak akan mengganggu kenikmatan menonton. Bagaimana mereka memperhatikan detil-detil kecil seperti highlight warna rambut di sudut mata para karakter wanita menambahkan aksen cantik yang menjadi daya tarik mereka.

Bakemono-grisaia? Kamu Shaft atau 8bit?

Selain Studio 8bit terasa memiliki gaya yang mirip dengan Shaft, Grisaia pun berbagi kemiripan dengan anime terkenal buatan Shaft, Bakemonogatari (atau seri monogatari lain). Keduanya sama-sama misterius, keduanya sama-sama menyembunyikan informasi namun mengeluarkannya di saat yang tidak terduga. Keduanya pun sama-sama banyak omong, walau kadar fanservice Grisaia jauh lebih banyak.

Sumber kemiripan lainnya adalah Watanabe Akio, sang desainer karakter Grisaia ternyata adalah desainer karakter seri Monogatari. Tak heran bila saya merasa Sakaki Yumiko sangat mirip dengan Senjougahara Hitagi. Bahkan mereka juga menirukan hentakan leher legendaris dari seri monogatari.

Adaptasi VN yang terasa mirip VN

Di musim ini, ada 3 anime adaptasi dari Visual Novel termasuk Grisaia. Sebelum ini pun banyak anime yang diangkat dari Visual Novel, tapi sepertinya hanya Grisaia yang membuat saya merasa seperti sedang bermain VN saat menontonnya. Pacing cerita yang cepat saat ‘membagikan perhatian’ kepada setiap karakternya sangat terasa seperti kita berkenalan dengan setiap wanita di dalam sebuah VN.

Yuuji pun sering sekali bermonolog, saking seringnya dia terasa seperti Araragi yang juga tidak berhenti berbicara. Monolog ini terasa seperti narasi dalam VN. Untungnya, monolog Yuuji tidak membosankan, most of the times, dan terkadang pun dia suka sedikit ngaco sehingga membuat ekspresi aneh. Tentunya, 8bit dapat menjahit tiap cerita dengan baik, walau terkadang terasa agak sedikit diburu-buru.

Verdict: This is good, no, REALLY Good.

Masih banyak rahasia yang belum diungkapkan oleh anime ini. Bagaimana ama-nee bisa menjadi seorang anggota geng motor non cabe-cabean? Apakah yang dirakit oleh Sachi benar-benar bom? Apa sebenarnya yang diincar Yumiko sampai dia harus mengetahui segala hal tentangnya Yuuji? Apa hubungan Ama-nee dengan kakak Yuuji, dan kecelakaan apa yang dialaminya? Dan tentunya, siapakah yang akan dipilih Yuuji pada akhir cerita?

Dalam visual novelnya, tidak ada ending pengandaian yang bernama ending harem, sehingga kita bisa mengharapkan ending yang ‘pasti’ dari anime ini. Yuuji juga seorang yang penuh perhitungan pastinya bukan sayur setengah matang seperti Ichika. Dengan masih begitu banyak pertanyaan yang belum terjawab, saya tidak mungkin men-drop anime yang satu ini.