Bocchi The Rock telah sukses menamatkan 12 episodenya genap kurang lebih sebulan yang lalu. Anime yang awalnya tidak diperhitungkan, kini menjadi fenomenal setelah adaptasi yang dinilai sangat baik oleh berbagai kalangan penonton. Saking boomingnya, saya merasa wajib menulis reviewnya, namun saya memiliki mendiamkan selama sebulan terlebih dahulu. Kali-kali saja animenya hanya manis sesaat. Dan setelah menunggu selama periode tersebut saya makin yakin dengan penilaian saya.
Anime ini menceritakan perjalanan Gotou Hitori, seorang introvert yang tidak mampu berinteraksi dengan dunia luar, namun memiliki mimpi menjadi gitaris yang terkenal. Ia mempelajari gitar secara otodidak hingga ia melewatkan masa SMP tanpa membuat teman satupun. Di awal masa SMA, Hitori memulai kembali rencananya dengan bertekad mendapat teman baru. Tetapi karena sudah 3 tahun tidak bersosialisasi, Hitori menjadi canggung dan tidak mampu bergaul dengan teman sebayanya.
Perlahan Hitori mulai menemukan teman sebaya dimulai dari Ijichi Nijika yang mengajaknya bergabung ke dalam bandnya setelah melihat Hitori duduk di taman membawa gitarnya. Dari sinilah panggilan Bocchi untuk Hitori dimulai. Bocchi yang sudah memiliki tempat bernaungnya, mulai menarik Ikuyo Kita, teman sekolahnya yang ternyata adalah mantan anggota band tersebut. Bersama mereka kembali memulai perjalanan menjadi sebuah band yang terkenal.
Dilihat dari manapun, Bocchi The Rock adalah serial slice of life biasa yang bertemakan band berisikan gadis-gadis imut. Seharusnya demikian. Tapi entah mengapa impact yang ditinggalkan begitu terasa dan sampai saat ini belum ada yang bisa menggeser Bocchi The Rock sebagai anime yang paling berkesan selama saya tonton di tahun 2022.
Dari semua impact yang ditinggalkan itu, saya mengambil sebuah penilaian pribadi mengenai anime ini. Sekali lagi diingatkan kalau artikel ini berisi opini pribadi. Jika Anda memiliki pandangan lain, silakan bebas berpendapat, toh saya juga menggunakan hak suara saja sebagaimana mestinya. Tapi lebih baik cermati dulu alasan mengapa saya menulis hal ini.
Alasan Menonton Bocchi The Rock
Tema yang diangkat Bocchi The Rock sulit untuk menjadi viral di antara kalangan pecinta otaku. Sampai saat ini saya yakin masih banyak yang ogah menonton Bocchi The Rock karena preferensi pribadi. Saya mengerti tetapi memang sesekali bolehlah kamu mencoba sesuatu yang agak jarang dirasakan. Barang kali kamu bisa merasakan seperti yang saya rasakan ketika mencoba menonton Made in Abyss dan Code Geass (saya tidak memfavoritkan anime mecha dan agak kurang suka anime yang karakter utamanya bocah).
Pertama kali saya tertarik nonton Bocchi The Rock bukan karena jenakanya yang menarik atau karakter yang imut. Saya memang simpatisan Kirara, tapi bukan berarti saya maniak Kirara. Ada juga anime Kirara yang saya skip dan lewatkan begitu saja. Dan di mata saya Bocchi The Rock adalah salah satu yang hampir kena skip oleh saya.
Mari kita lihat cover Bocchi The Rock. Tampil dengan tema ngeband dan CGDCT bukankah ini jiplakan K-ON? Saya paling malas kalau harus menonton anime yang punya ide sama persis dengan pendahulunya. Jadi, ada lebih banyak alasan untuk tidak menonton ketimbang saya mencoba untuk menontonnya.
Lantas apa alasan yang membuat saya mencoba menonton anime ini? Jawabannya ada di sisi fotografi. Saya ini seorang penulis, bukan fotografer. Sama sekali tidak bisa membuat foto yang ciamik, hanya bisa mengagumi. Tapi kalau ada foto yang benar-benar luar biasa, orang awam seperti saya juga bisa notis. Dan inilah yang pertama kali saya lihat dari Bocchi The Rock. Sudut pengambilan gambarnya benar-benar tidak terduga. Sulit mendeskripsikan karena saya bukan orang seni visual. Mungkin anti mainstream, atau luar biasa, saya sudah kehabisan kata-kata untuk bagian ini.
Berbagai sudut pengambilan gambar yang unik dan tidak terpikirkan sebelumnya menjadi alasan mengapa saya mulai menonton Bocchi The Rock.
Jarang-jarang saya melihat ada sudut pandang gambar yang menyorot seperti Bocchi The Rock. Dari situlah ada sesuatu yang bakalan berbeda yang coba ditawarkan oleh anime ini. Dan dugaan saya ternyata benar.
Pengaturan Budget Yang Brilian
Biasanya yang saya tulis dalam review saya adalah template yang terdiri dari visual, audio, karakter, cerita, dan enjoyment. Persis kayak review klasik MAL karena saya belajar ngereview anime awal mulanya dari situ juga. Jadi soal unsur eksternal seperti staff atau lainnya agak jarang saya angkat dalam tulisan saya.
Kali ini berbeda. Mari kita bicarakan soal uang. Ya, soal dana yang masuk sebagai modal awal membuat anime. Tidak ada yang tahu berapa banyak uang yang disiapkan dalam pembuatan anime kecuali orang dalam sendiri. Saya tidak tahu, tapi yang jelas kita semua tahu kalau budget itu punya batasnya. Sebanyak apapun modal pasti tidak bisa sebuah anime dibuat dengan harga mahal dan pasti memuaskan. Bisa-bisa tekor juga animator kerja semalam suntuk membuatnya.
Inilah yang saya notis dari anime Bocchi The Rock. Saya kira publik cukup mengerti mana bagian yang membutuhkan effort lebih dan biaya yang lebih mahal, dan mana yang lebih bisa ditekan budgetnya. Di sinilah kejeniusan sutradara bekerja.
Scene-scene aneh dan konyol ini membuktikan kalau anime bagus gak perlu mahal dan kaku.
Ada banyak momen di mana Bocchi The Rock mengeluarkan low effort namun bisa dinikmati secara maksimal oleh penonton. Beberapa scene yang mudah kita notis contohnya seperti ketika Bocchi muntah, diperlihatkan cuplikan video real life kumpulan bendungan yang tersebar di seluruh Jepang. Belum pernah ada saya nonton anime yang menampilkan hal seperti ini. Ada juga saat Bocchi dipersilakan istirahat dan di situlah pikiran liar Bocchi aktif. Animasi 3D yang random entah dari mana muncul dan melempar model 3D Bocchi yang masih belum dirender menabrak obyek tujuannya. Absurd, konyol, tapi kok menghibur. Inilah beberapa momen yang low budget berhasil dimanfaatkan dalam anime.
Kalau bicara budget gedenya di mana kita bisa melihat setiap kali Kessoku Band manggung, itu semua effort plus plus dilimpahkan dalam scene tersebut. Hampir tidak ada celah untuk menghujat scene-scene ini. Hanya satu yang bisa terlontar dari lubuk hati saya, brilian.
Puncak Kreativitas Seni
Jika kamu ingin menikmati anime yang mengeluarkan kreativitas secara leluasa, inilah anime yang kamu cari. Bocchi The Rock adalah kumpulan dari kreativitas yang mungkin belum pernah kamu temui sepanjang kamu menonton anime. Ribuan anime bisa kamu tonton, tapi yang seperti Bocchi The Rock hanyalah satu.
Tema dari anime ini salah satunya adalah musik. Sedikit dari anime musik yang bisa menembus puncak pasar anime. Bocchi The Rock berhasil mengatasi limiter tersebut. Musim gugur 2022 adalah musim paling ganas untuk anime yang tayang di periode tersebut. Tidak sedikit judul populer seperti Chainsaw Man, Bleach, Spy x Family yang sudah dikenal orang-orang bahkan untuk kalangan yang bukan otaku. Dari nama-nama besar tersebut, Bocchi berhasil menyaingi para kompetitornya dan mendapat apreasiasi yang luar biasa. Buktinya? Penjualan Blu-ray DVD anime laris manis. Sulit untuk menemukan produk yang berbau Bocchi The Rock. Kalau ada, itu pun sudah mahal karena langka. Album Bocchi The Rock juga sukses menghajar tangga musik dunia dan masuk sebagai jajaran teratas saat perilisannya. Ini berarti Bocchi The Rock bukan anime kaleng-kaleng.
Kalau kita bahas sisi musik lebih jauh, lagu-lagu Bocchi The Rock ini semuanya top tier. Mulai dari lirik yang benar-benar punya makna kuat dan musik yang enak didengar. Animenya juga berhasil menghadirkan visual terbaik saat performa musiknya. Tingkat keakuratan dan referensi musik di dalamnya adalah totalitas/100. Aki Hamaji sebagai penulis manganya mengawasi setiap lirik dan membuat musik bisa berpadu dengan keadaan dalam setting cerita. Ini membuat Bocchi The Rock bisa dinikmati dari segala sisi.
Voice acting dalam anime ini juga begitu bernyawa. Hasegawa sebagai main vocal punya suara selayaknya vokalis band, bukan sekadar pengisi suara. Tidak ada karakter yang lemah dalam anime Bocchi The Rock. Bahkan karakter yang seharusnya numpang lewat, punya impresi yang membekas bagi penonton.
Bicara kreativitas, tentu saya tidak bisa melewatkan hasil kerja dari staff yang bekerja di balik anime ini. Kerorira yang merupakan desainer karakter Bocchi The Rock adalah fans berat dari manga yang dibuat oleh Aki Hamaji ini. Berkatnya, Bocchi The Rock berhasil menjadi anime Kirara terbaru yang mendapat adaptasi. Sang sutradara, Saitou Keiichirou juga memiliki segudang hal yang tidak pernah bisa kamu prediksi sebelumnya untuk masuk ke dalam sebuah anime CGDCT musik. Ia bahkan memukul para penonton dengan realitas sosial dengan modal pikiran Bocchi yang liar. Benar-benar, apabila niat dan kreativitas bersatu, maka terbentuk sebuah hal yang dinamakan masterpiece.
Verdict: There’s only one, Bocchi The Rock.
Spongebob Squarepants memiliki beberapa episode dengan musik kece seperti Goofy Goober atau Sweet Victory. Ketika saya menonton keepikan penampilan musik Bocchi The Rock, saya teringat dengan episode-episode ini. Orang-orang mulai membandingkan Bocchi The Rock dengan anime-anime besar lainnya. Sesuatu yang tidak pernah terpikirkan ketika memulai menonton rangkaian anime musim gugur 2022. Paling terdekat mereka membandingkan dengan K-ON, anime pendahulunya yang sama datang dari Kirara. Tapi saya bisa katakan dua hal itu berbeda.
Bocchi The Rock menghadirkan 12 episode nyaris sempurna. Setiap momen, komponen, terangkai jadi satu menjadikan semuanya tak mudah terlupakan. Jangan lupa kalau Bocchi The Rock adalah manga 4-koma pada awalnya. Membuat sesuatu seperti ini, dengan 1 volume diadaptasi menjadi 8 episode itu sangatlah hebat. Kalau saya tidak salah ingat, Overlord IV mengadaptasi 3 volume novelnya dengan volume 14 sebagai salah satu volume paling tebalnya hanya dengan 4 episode. Itu novel loh, manga apalagi 4-koma harusnya kalah padat isinya.
Masih banyak yang bisa dibahas dari anime satu ini. Satu hal yang pasti, kalau kalian tanya apa yang ada di pikiran saya kalau mau membahas anime keluaran tahun 2022, maka jawaban saya sudah pasti, Bocchi The Rock.
Kaptain
Oke. Jadi saya aja yang ngomong soal staf produksi. Lingkup saya batasi di Keiichirou Saito, Shouta Umehara, dan Kerorira yang cukup rajin posting progresi kerjaan dia di sosmed. Saya nyebut tiga itu selaku sutradara utama dan animator senior, melihat background mereka sebagai key animator seri Aniplex/Cloverworks baru-baru ini, dan Umehara juga merupakan veteran Dogakobo. Dari portofolio mereka memang itungannya masih baru ngeliat posisi leadership mereka di produksi belum banyak, namun Bocchi ini merupakan pembuktian dari gaya produksi mereka yang nampaknya bakal nyetujuin proposal apapun soal produksi. Makanya bagian “normal” dari adaptasi nih anime tuh di konser yang cuma ada beberapa aja tapi jelas staf bisa menggila di aspek produksi. Sisanya via Mbak Hitori Goto yang berjuang nyalinya bisa tahan buat semenit aja.
Saya awalnya rada risih nonton berkat premisnya. Udah muak saya soal seri yang nyiksa orang yang punya anxiety issue demi hiburan, cuma via eksekusi di sini staf emang ingin banget penonton paham bahwa orang extrovert sekalipun punya masalah itu dan Kessoku selaku sebuah band memang ada untuk membantu satu sama lain dari masalah ini.
Di luar itu juga jelas via osmosis gampang banget nemu plesetan adegan nih anime ke seri lain. Dari observasi saya juga sebagai surprise hit di musim yang banyak banget seri dengan ekspektasi tinggi nih seri dapet banyak itikad baik dari komunitas.
Comments