[Waifu Wednesday] Kaname Madoka

Masih melanjutkan Puella Magi chain, karakter yang mendapat giliran untuk dibahas kali ini adalah protagonisnya sendiri, Kaname Madoka.

Seorang gadis yang namanya menempel di judul serial, sekaligus menjadi ‘cult’ anime kedua setelah Haruhiism. Karena itulah Madoka jelas punya pengaruh yang cukup signifikan dalam dunia anime.

Madokaism, kebanyakan dari kalian mungkin tidak asing dengan istilah tersebut. Sekte nijigen yang terbentuk pasca tamatnya serial ini akibat plot-twist dari seorang mad author yang kita sebut saja sebagai om Gen Urobuchi.

Kalau Haruhi menjadi Dewi karena kekuatan Godlike yang tidak disadarinya, sebaliknya Madoka menjadi Dewi karena dialah yang menginginkannya. Well, she did not really wants it though. Madoka hanya ingin mengakhiri siklus gila yang sudah merenggut nyawa orang-orang yang disayanginya.

Tidak perlu panjang lebar, yuk mari mulai bahas faktor-faktor ke-waifuan seorang Goddoka!

+ Kind Hearted

Ini sih tidak perlu diragukan lagi, diantara kelima mahou shoujo dalam serial ini Madoka memang dikenal sebagai yang paling baik hati. Sungguh kebalikan total dari sidekick-nya yang berambut hitam panjang itu.

Disaat Homura tanpa pandang bulu melakukan tindakan-tindakan yang kejam (namun logis), Madoka selalu mencari solusi yang sebisa mungkin tidak perlu memakan korban. Walau kadang kebaikan hatinya ini membuat Madoka jadi terkesan lembek.

+ Pure & Caring

Kokoro wa pyua-pyua!~ Madoka memiliki hati semurni air embun dan kelembutan sikapnya mengalahkan padang bunga.

Berbeda dengan sahabatnya Sayaka yang ‘terkontaminasi’ akibat kena tikung dan Homura yang cenderung cuek akibat mindbreak, Madoka sama sekali tidak memiliki agenda apapun dalam perubahannya menjadi mahou shoujo. Dia melakukannya murni demi menolong orang-orang yang disayanginya. Karena Madoka tidak tahan melihat orang-orang disekitarnya terluka.

Saking pedulinya terhadap orang lain, Madoka sampai…

+ Rela berkorban

Desperate terhadap keadaan kota Mitakihara yang terancam luluh lantak, Madoka memutuskan untuk mengikat kontrak dengan Kyuubei dengan permohonan untuk mengakhiri semua siklus mahou shoujo dan majou dari masa lalu hingga masa depan.

Harga yang harus dibayar Madoka adalah terhapusnya keberadaan dirinya di dunia. Karena dia memutuskan untuk menjadi awal sekaligus akhir dari siklus tersebut. Tidak ada satupun orang yang mengingat keberadaan Madoka kecuali satu orang, Akemi Homura.

Well-played om Gen, kamu sudah sama gilanya dengan penulis franchise sebelah yang menceritakan manusia menggunakan saripati malaikat menjadi robot untuk melawan balik Tuhan yang akan menghancurkan dunia.

Meski nature dari Madoka dipenuhi dengan kebaikan hati dan kepedulian, namun itu semua bukan tanpa nilai minus. Misalnya seperti…

– Indecisive

Kekurangan pertama sekaligus yang paling fatal menurut saya adalah sikap plin-plannya. Madoka tidak dapat mengambil keputusan dengan tegas dan tidak pula dapat mengambil inisiatif untuk menyelesaikan masalah.

Bukti konkrit? Disaat teman-temannya sudah menjadi mahou shoujo untuk melindunginya, dia malah plin-plan dan menggalau sendiri. Memang faktor Kyuubei vs Homura tidak bisa diabaikan disini, tapi ya masa Madoka gak mampu memberi jawaban sih?

Ngaku hayo… kamu yang mengikuti serial ini dari masih on-going pasti gemas nungguin “KAPAN BERUBAHNYA MADOKA JADI MAHOU SHOUJO?!”

– Crybaby

Yuk mari hitung ada berapa scene Madoka nangis yang ada di sepanjang serial dan movie-nya. Tidak perlu deh, karena scene nangisnya Madoka paling banyak jika dibandingkan karakter-karakter lainnya. Tidak percaya? Coba saja hitung sendiri.

Peringatan nih, kamu-kamu yang mau jadikan Madoka sebagai waifu ga boleh bersikap kasar. Madoka itu anaknya sensitif tahu!

– Weak… literally

Kalau bukan karena doa dari permohonannya saat menjadi mahou shoujo, Madoka sudah tentu menjadi yang terlemah diantara lima sekawan. Tidak punya pengalaman bertarung, cerdas pun tidak, dan tidak pula atletis alias sporty. Bahkan Madoka juga hampir menjadi korban dari majou jika Sayaka sedikit saja terlambat datang ke TKP.

Untuk kamu yang seleranya tipe “damsel in distress“, Madoka mungkin bakal cocok. Kalau saya pribadi sih tidak…

Kita akhiri dulu perbincangan kita pada waifuwed edisi kali ini. Minggu depan akan saya kembalikan lagi ke signum yang sudah tidak sabar untuk membahas gadis iblis berambut hitam yang selama tiga minggu ini terus-menerus direquest.

Ready for the main course next week?